20 Menit Ngobrol Bareng Christopher, “Afgan-nya” Denmark Yang Ingin Sesukses Ed Sheeran Dan John Mayer

Wajah ganteng nan rupawan ditambah bodi yang proporsional menjadikan seorang cowok terlihat keren. Ditambah kemampuan bermusik yang mumpuni, tentu bakal terlihat cowok banget dan makin sempurna dimata kaum hawa.  Dan sepertinya komposisi fisik demikian, ada pada Christopher Nissen, penyanyi pop asal Denmark, yang lagi mampir ke Jakarta.

Bermodalkan 3 album, 23 single dan sejumlah hits, pelantun lagu Heartbreaker ini menjelma menjadi sosok menyanyi pop yang ngehits banget di skena musik Denmark. Bahkan 9 singlenya ngetop di Cina. Kamis (29/11) sore, Lesehanmusik (Lesmus) mendapat kesempatan dari Warner Music Indonesia, ngobrol bareng sama musisi kelahiran Kopenhagen, 26 tahun silam yang lagi demen masakan Indonesia, seperti sambel hejo.

Berikut obrolan Lesmus selama 20 menit bareng Christopher yang tengah mempromosikan single terbarunya yang berjudul Irony ini. (teks & foto : Ryka)

Hi, Chris ceritain dong bagaimana lo mulai berkarir di musik?

Pertama kali bermusik, waktu umur masih 12 tahun. Suka nyanyi dan suka ikut kompetisi. Orang tua saya tau saya bisa nyanyi, tapi baginya biasa aja. Standar yah, dia pasti bilang ‘iya-iya kamu bisa nyanyi’. Nah, saat masa SMA, teman-teman mulai ngeh, kalo saya bisa nyanyi dan kayak punya kesempatan gitu buat ngembanginnya.

Pas usia masuk 17 tahun, saya mencoba untuk menawarkan diri ke Warner Music Denmark dan berkenalan dengan Jan Erik Stig (A&R). Setelah memperlihat beberapa cover song, ternyata Erik telponan sama bokap buat nawarin saya untuk sign. Sejak saya menerima tawaran itu (17 tahun), karir saya pun jalan terus sampe akhirnya bertemu dengan Lesmus.

Tentang lagu baru lo nih Chris, Irony cerita tentang apa dan bagaimana proses kreatifnya?

Lagu ini menceritakan tentang orang-orang yang begitu fanatisme dengan social media. Sungguh ironis ketika saya melihat orang yang nge-post begitu sempurna di Instgram, hastag no filter, ngomong blessing, ngomong ini itu yang sempurna sekali hidupnya. Tapi sebenarnya disisi lalin itu sebuah depresi berat yang sedang dia alami.

Selain itu, ini juga cerita soal cewek muda yang maunya terlihat cantik dan sempurna seperti cewek yang dia liat. Sementara si cowok maunya terlihat kaya raya seperti si A. Jujur, kondisinya begitu memprihatinkan.

Awalnya lagu ini sempat gagal. Ada emosi yang kurang maksimal. Akhirnya saya buat semua pengalaman ini secara pribadi. Musik dan lirik dimaksimali biar berhubungan langsung sama yang denger. Dan hasilnya seperti yang terdengar sekarang ini.  

Menurut lo, lagu cinta-cintaan gitu masih menarik gak sih?

Yang menarik justru tantangannya dalam menulis lagu cinta sih. Bagaimana caranya lagu cinta itu bisa awet, lagunya enak dan berkesan hingga 10 tahun ke depan atau lebih. Dulu menulis lagu cinta mungkin puitis, tapi sekarang pemilihan kosakata perlu yang  to the point banget. Contoh, kita merhatiin seseorang dan suka. Itu belum tentu jadi lagu cinta. Tapi akan tetap menarik ketika jadi lagu yang enak didengar.

Inspirasi Lo bermusik dari mana aja sih Chris?

Dulu waktu di umur 17 tahun pertama kali megang gitar, emang influence terbesar saya John Mayer. Tipe-tipe musisi seperti John Mayer, Jason Mraz gak cuma nyanyi doang, nulis lagu juga. Karena lama-lama bikin lagu kok mirip John Mayer, akhirnya inspirasi pun berkembang dan melihat sisi artis lain. Sekarang Ed Sheeran dan Bruno Mars yang sejauh ini menjadi inspirasi saya. Saya suka vokal Bruno Mars yang mampu bernyanyi sembari menari dengan amat baik. Sementara Ed Sheeran, “bermodalkan gitar” dia bisa menghipnotis orang melalui lagu-lagu yang emosional. Menarik sepertinya kalo semua itu dikombinasikan dan ada dalam diri saya.

Pandangan lo tentang industri musik saat ini gimana sih Chris?

Beda banget! Jangankan awal karir bermusik, 5 tahun lalu aja udah beda banget. Ada sedikit rasa frustasi karena kebiasaan orang denger musik berbeda. Belum lagi dari sisi produksi, album bukan lagi prioritas, tapi lebih ngerilis track by track. Lalu, 10 detik awal kalo lagu gak seru, orang udah tekan next. Alhasil, saya pun dituntut harus selalu bisa beradaptasi. Tapi disisi lain serunya adalah bisa ngeliat audience ketika ngerilis sebuah lagu tanggapannya bisa beda-beda, contohnya adalah saat lagu Heartbeat (single hits nya di album ke-3) dirilis. Di Denmark lagu itu pecah, tapi nggak sepecah kaya di Asia.

Selain itu, hip hop atau urban music kini seakan menjadi a new pop. Mau itu future RnB, atau hip-hop atau hardcore hip hop nya, atau rap atau apapun. Seru banget lah ngeliat di Asia pop masih berlaku. Gitu sih kira-kira.

Sebagai musisi era saat ini. Lo punya kiat sukses dan strategi untuk musisi muda?

Lo jangan pernah mau bikin musik buat orang lain. Kalo mau, tetap ada komprominya. Maksudnya, musik yang lo buat buat berapa banyak pendengar. Buat 30 orang atau lebih dari 1000 orang? Jelas itu berbeda. Kemudian lo harus jujur dalam membuat musik, Kalaupun lo harus berkompromi itu karena industrinya yang minta. Diskusikan musik lo bersama label, media, pihak terkait agar musik lo bisa menjadi besar namun tetap menjadi diri sendiri.

Berikutnya adalah lo harus totalitas. Karena lo pengen jadi musisi lo harus selalu konsisten. Ed Sheeran, kalo lo denger suara asli pertama kali, yakin jelek banget. Pertama kali gua main gitar gak kayak sekarang gua main gitar. Pertama kali gua nyanyi gak kayak sekarang gua nyanyi. Tapi yang penting ada rasa ingin terus belajar dan keinginan besar.

Analoginya adalah ketika nyalain air dari keran yang udah lama gak dibuka, akan kotor air yang keluar karena karat. Tapi kalo dibuka terus akan bersih. Ed Sheeran karena udah sering berlatih dan selalu menciptakan lagu jujur dan bagus, tentu bisa hits. Jadi tetap berlatih dan kejar terus mimpi lo.

 

Related Article

Latepost

Event Highlights