Rabu, 8 April 2020; Serpong baru beranjak malam ketika saya mendengar kabar kepergiannya. Tak percaya, namun telpon dari beberapa teman menyadarkan saya bahwa nyata Si Bung yang humble telah pergi selamanya menemui pencipta-Nya.

Tapi rasa tak percaya itu tak juga mau beranjak dari kepala. Bagaimana tidak, tiga hari sebelumnya (5 April) Glenn Fredly sempat mengirimkan pesan lewat direct message Instagram mengajak bertemu nanti, setelah pandemi selesai.

“Kaka Bung yang baik, sehabis kita tiaraaap keadaan Nasional ini hehehe, kita kumpul lagi yaa bung terutama kita liat mas Andy Ayunir yaaa ….sehat selalu ya bung, salam hormat keluarga bung di Jakarta maupun di Manado tercinta, GBU bung.”

Itu komunikasi terakhir saya dengan Glenn, yang ternyata kabarnya saat itu beliau sudah terbaring di rumah sakit. Ahhh … saat dirinya sakit, Glenn tetap memikirkan keadaan teman kita Mas Andy Ayunir yang juga saat itu sedang terbaring sakit.

Pertemanan kami dimulai saat saya sebagai wartawan musik dan beliau sebagai artis penyanyi. Terakhir kami sama-sama menjadi Ketua Bidang di organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia). Pertemanan kami ini diisi dengan banyak diskusi, mulai dari soal musik, politik hingga kemanusiaan.

Sebagai musisi, selain memiliki suara yang indah, Glenn itu visioner. Berbagai gagasan muncul dari kepalanya. Membangun ‘Musik Bagus’, berkolaborasi dengan banyak artis, menggagas gerakan untuk kesejahteraan musisi, dan banyak lagi. Beliau sangat menghormati senior dan menjadi kakak pembina bagi juniornya.

Wawasannya tentang politik sangat luas. Namun yang bisa saya simpulkan bahwa Glenn berpolitik dilandasi rasa kemanusiaan untuk rakyat banyak dan bukan berpolitik untuk dirinya sendiri. Walau berteman dengan banyak pemimpin partai politik tapi Glenn tak pernah mau secara eksplesit mendukung salah satu partai politik. Dia tak ingin jadi politisi.

“Nggak Ndre, beta disini saja berjuang untuk kemanusiaan. Kalo masuk partai politik beta tidak bisa mewakili seluruh anak bangsa.” Katanya ketika secara iseng saya ajak jadi caleg.

Glenn Fredly adalah idola, teman dan inspirasiku. Dia tak pernah kekurangan ide. Dia selalu punya narasi yang baik untuk republik ini, segala hal, apalagi bicara kemanusiaan.

Ada saatnya Glenn menelpon saya di tengah malam hanya untuk membahas idenya tentang membangun Indonesia bagian timur. “Ndre, matahari itu terbit dari timur.’ Kata-katanya masih terngiang.

Kami berdiskusi banyak hal tentang ini, termasuk idenya membuat event ‘East Fest’ dan ‘Konferensi Musik Gospel Dunia’ di Manado.

Visi Glenn Fredly akan Indonesia jauh melebihi keberadaannya sebagai seniman musik maupun pesohor.

Di lain kesempatan Glenn mengumpulkan musisi tanah air dimana saya diminta ikut terlibat, mengajak bertukar ide hingga bermuara pada Konferensi Musik Indonesia pertama di Kota Ambon 7-9 Maret 2018.

Sebelumnya, masih dalam koridor yang sama pada 7 Juni 2017 Glenn memimpin teman-teman musisi yang tergabung dalam komunitas #KamiMusikIndonesia melakukan dengar pendapat dengan Banggar dan Komisi X DPR RI meminta DPR RI membuat UU Tata Kelola Musik Indonesia. Inisiasi ini dikemudian hari oleh DPR RI melahirkan RUU Permusikan yang akhirnya ditentang para musisi karena draft rancangannya jauh dari harapan.

Itu hanya sebagian dari interaksi dengan Glenn yang membuat saya menjadikannya idola karena buah pemikiranya untuk musik Indonesia yang tak pernah kering, selalu bertransformasi seiring berkembangnya era. Tapi satu yang tak berubah yaitu kepeduliannya terhadap kemanusiaan.

Tak salah jika Mas Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutan pelepasan jenazah menyebut ‘agama Glenn Fredly adalah kemanusiaan.’ Sepakat dengan Mas Lukman, Glenn Fredly itu berdiri di atas semua agama, tak sekadar sebagai seniman, dia adalah aktivis kemanusiaan.

Selamat jalan sahabat, banyak orang kehilangan atas kepergianmu, saya tentu kehilangan teman untuk berdiskusi, kehilangan idola, tapi tak akan kehilangan buah inspirasimu. Glenn Fredly akan selalu ada dihati tiap orang yang permah memilikinya.

“I shall pass through this world but once. Any good, therefore, that I can do, or any kindness that I can show to any human being, let me do it now. Let me not defer or neglect it, for I shall not pass this way again” — Unknown.

*ditulis oleh Andre ‘OPA’ Sumual @andreopa untuk lesehanmusik.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here